Hal yang paling berkesan adalah aba-aba "hadap serong kiri...graaaak!!", rekan-rekan pasti tahu apa maksudnya kan??hehehe...Tapi yang jelas luar biasa rasanya...Hidup angkatan 7!!!SEMANGAT MAJU PANTANG MUNDUR!!HIDUP PNS!!!
MADA_keyboardiz
Selasa, 02 Maret 2010
Kesan Diklat Pra Jabatan Gol III Angkatan 7 Th 2010
Hal yang paling berkesan adalah aba-aba "hadap serong kiri...graaaak!!", rekan-rekan pasti tahu apa maksudnya kan??hehehe...Tapi yang jelas luar biasa rasanya...Hidup angkatan 7!!!SEMANGAT MAJU PANTANG MUNDUR!!HIDUP PNS!!!
Musik Keroncong: Go International !
Musik keroncong lahir di Indonesia melalui proses perjalanan sejarahnya yang panjang dan penuh keunikan dilihat dari unsur pembentuknya yang terdiri dari berbagai komponen budaya, etnik, dan bahasa. Apabila kita menarik benang merah tentang asal mula lahirnya musik keroncong di Indonesia, kita akan dihadapkan pada misteri sejarah yang menyangkut sejarah dunia. Sejarah tentang pendudukan Islam di wilayah selatan semenanjung Iberia dari abad kelima hingga abad ketigabelas. Latar belakang sejarah yang menjelaskan mengapa bangsa Eropa pada abad keenambelas begitu gigih mengerahkan segala kemampuan navigasi dan kekuatan militernya untuk memperoleh rempah-rempah dari Timur. Sejarah tentang kedatangan bangsa Portugis dan bangsa Belanda pada abad ketujuhbelas untuk memperebutkan hegemoni di Asia Tenggara melalui monopoli perdagangan di Malaka, Sunda Kelapa, dan kepulauan Maluku. Sejarah tentang perbudakan, dan kehidupan para musisi jalanan selama masa Hindia Belanda. Sejarah pembentukan jatidiri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki warisan budaya yang tidak terhingga banyaknya termasuk musik keroncong. Beruntunglah bahwa pada akhirnya musik keroncong diterima dan menjadi milik bangsa Indonesia, suatu kenyataan yang telah memperoleh pengakuan dunia internasional.
Saat ini ketika kita berbicara tentang keroncong, kita dihadapkan pada sebuah terminologi yang mengandung pengertian yang luas. Secara etimologis, keroncong berasal dari nama sebuah alat musik sejenis gitar berukuran kecil berdawai empat yang lazimnya terbuat dari nylon, sehingga apabila dimainkan menghasilkan bunyi crong, bukan jreng seperti halnya bunyi dawai logam. Istilah keroncong diyakini berasal dari para perajin waditra di kampung Tugu yang mewarisi keahlian seni kriya waditra gitar. Gitar itu dinamakan keroncong sebagai adaptasi dari gitar cavaquinho yang dibawa oleh para pelaut Portugis berlayar mengelilingi dunia. Ketika tiba di kepulauan Madeira gitar itu dinamakan braguinha, karena berasal dari wilayah Braga di Portugal. Di Brazil penduduk menamakannya machete yang digunakan untuk mengiringi tari-tarian. Di kepulauan Karibia gitar itu dinamakan cuatro, karena berdawai empat. Ketika tiba di Polynesia samudera Pasifik, penduduk pribumi menyebutnya sebagai ukelele, atau jari yang melompat, karena cara memainkannya tidak dipetik melainkan digerus. Menarik untuk disimak bahwa gitar itu memperoleh popularitas sebagai ukulele dengan paten Hawaii, sedangkan sebutan ukulele sebagai keroncong telah diakui sebagai paten Indonesia menurut Salwa El-Shawan Castelo-Branco dalam kamus The Grove’s Dictionary of Music and Musicians, “Portugal” (2002:197).
Dengan demikian ukulele dapat dikatakan menempati posisi kunci dalam setiap permainan musik keroncong, sehingga orkestrasinya harus memiliki warna crong yang berfungsi sebagai rhythmic riff (motif berulang-ulang). Selain itu, ukulele yang tersebar dan digunakan dalam berbagai jenis ensambel memberi petunjuk bahwa warna crong juga turut membahana di manapun ukulele itu dimainkan. Kita di Indonesia juga sepakat bahwa tidak ada musik apapun yang boleh tampil menyandang label keroncong tanpa memiliki keunikan warna crong dari permainan ukulele. Secara universal diyakini bahwa tiada keroncong tanpa crong, dan melalui penyebaran ukulele tidak mustahil musik keroncong dalam berbagai versi juga dapat ditemukan di berbagai pelosok. Saat ini warna crong masih dapat ditemukan antara lain di kepulauan Halmahera dalam ensambel bastidor yang generik, di Malaka dalam ensambel dondang sayang, di Negeri Belanda dalam ensambel toegoenezen, di Hawaii dalam ensambel hawaiian guitar, di Suriname dengan krontjong ensambelnya, selain di Indonesia dalam ensambel orkes keroncong.
Apabila keroncong sebagai waditra telah mendunia, maka keroncong sebagai ensambel musik, keroncong sebagai bentuk lagu, dan keroncong sebagai gaya permainan gitar merupakan ciri khas Indonesia, yang dipengaruhi oleh gagrak gamelan Jawa. Orkestrasi ensambel keroncong lazimnya menampilkan biola atau flute sebagai pembawa alur melodi, gitar sebagai pengiring dan pembawa alur kontra-melodi, ukulele sebagai time-beater, dan cello petik (pizzicato) sebagai rhythm tune-percussion yang terkadang dipertebal dengan bass petik.
Seperti halnya pengendang menjadi pemimpin kelompok gamelan Jawa, maka pemain cello dengan pola gedugannya yang khas menurut Kusbini menjadi conductor dalam orkes keroncong. Gedugan itu memiliki fungsi ganda sebagai bass dan perkusi, yang menyebabkan orkes keroncong tidak membutuhkan dan menghindari penggunaan drum-set dalam orkestrasinya. Dari sini dapat kita saksikan betapa kuatnya dominasi waditra berdawai dalam menampilkan karakter chordophonic sebuah orkes keroncong secara total dari peranannya sebagai pembawa melodi hingga ritme dan harmoni.
Orkestrasi keroncong sebenarnya merupakan iringan tarian Moresco yang terdiri dari gitar dan tambourine perkusi yang berkeping logam sebagai perpaduan musik Arab-Kaukasia. Tambourine juga digunakan dalam orkes keroncong para pemusik Indies di Batavia pada masa Hindia Belanda. Itu sebabnya muncul versi lain tentang istilah keroncong ketika tambourine tersisih dari orkes keroncong akibat pengaruh gamelan Jawa, sehingga warna kerincing logamnya tidak lagi terdengar, dan yang tinggal hanyalah warna keroncong gitarnya. Warna kerincing logam dikembalikan sebagai properti para penari Jawa yang mengenakan gelang pada kaki mereka. Saat ini meski tambourine masih terdengar di kampung Tugu, orkes keroncong di Indonesia tidak lagi menggunakannya.
Pada masa Hindia Belanda, keroncong tampil sebagai ars nova, seni baru yang bersifat non-tradisi dan non-klasik Barat, seni yang digemari oleh masyarakat perkotaan. Kota-kota besar di Jawa kemudian tumbuh menjadi sentra keroncong, sejak mencapai popularitas melalui Pasar Malam di Gambir, komunitas Krokodilen di Kemajoran, hingga concours Jaar Markt di Surabaya. Keroncong ketika itu menjadi bagian dari budaya massal yang memiliki nilai komersial, sehingga ensambel keroncong bermunculan di mana-mana. Namun setelah masa kemerdekaan, terjadi revolusi musikal di seluruh dunia dengan lahirnya musik berirama rock yang digemari kaum muda. Musik berirama rock dengan cepat menyebar melalui teknologi rekaman dan menjadi musik masa kini yang menggusur popularitas musik berirama konvensional termasuk keroncong.
Secara musikologis, musik konvensional adalah musik dengan irama yang aksentuasinya jatuh pada ketukan pertama, seperti irama tarian walsa dalam tiga hitungan, atau irama marcia dalam empat hitungan. Sebaliknya irama rock memberikan nafas yang segar ketika aksentuasi itu berpindah dari ketukan pertama yang ditandai dengan hentakan stick snare-drum pada ketukan kedua di antara permainan pola ritmik bass-drum dan hi-hat cymbal. Perpindahan aksentuasi itu melahirkan karakter sinkopatik, ketergantungan yang berkelanjutan, sehingga menimbulkan sensasi psikologis dari tanya yang tidak terjawab. Tidak mengherankan apabila irama rock berhasil menarik perhatian generasi muda, dan dengan cepat menguasai kehidupan musikal secara universal.
Tidak dapat disangkal bahwa drum-set menempati posisi kunci dalam irama rock. Saat ini tidak ada musik populer dari jenis apapun yang tidak menggunakan drum-set, mulai dari kelompok band yang sederhana hingga kelompok symphonic band atau light music orchestra yang canggih. Irama rock melalui permainan drum-set telah mendunia dan menjadi basis dari semua jenis musik populer masa kini. Sejalan dengan itu popularitas musik konvensional menjadi terpinggirkan dan dianggap representasi musik masa lalu yang telah usang, yang hanya diminati oleh kaum tua saja.
Dalam hal ini keberadaan musik keroncong menghadapi dilema, karena di satu fihak popularitasnya akan semakin merosot apabila tetap mempertahankan iramanya yang konvensional, sementara di lain fihak penggunaan drum-set dalam orkestrasi keroncong akan membunuh karakteristik musiknya. Waktu dengan cepat berlalu ketika musik keroncong akhirnya beranjak dari budaya massal musik industri yang bernilai komersial memasuki budaya tradisi yang dikelompokkan sebagai musik etnik. Jenis musik seperti ini selalu rentan menghadapi ancaman kepunahan, sehingga konsep tentang pelestarian dan revitalisasi menjadi agenda utama. Beruntung bahwa modal sosial dari keroncong terletak pada dukungan sebagian masyarakat Indonesia yang menjamin bahwa musik yang telah lahir sejak berabad-abad itu tidak akan punah. Namun upaya revitalisasi perlu terus menerus dilakukan untuk tujuan apapun, termasuk tujuan rekonstruksi, tujuan go-international, atau untuk kepentingan eksperimental dan archiving.
Upaya go-international terhadap musik keroncong pernah dilakukan oleh Rudi Pirngadie melalui penampilan orkes keroncong Tetap Segar yang membawakan gagrak Keroncong-beat dalam New York World’s Fair tahun 1964. Keroncong beat merupakan konsep yang mengetengahkan irama keroncong dalam bentuk gedugan cello, rhythmic riff ukulele, dan banyu mili gitar untuk mengiringi semua jenis lagu termasuk lagu Barat. Tidak kurang penyanyi keroncong seperti M. Rivani, Rita Zahara, dan Sayekti berhasil menarik perhatian masyarakat Amerika dalam membawakan lagu Barat seperti I left my heart in San Francisco yang dikeroncongkan. Eksperimentasi Keroncong beat ternyata tidak membawa hasil disebabkan antara lain karena tidak memiliki akar budayanya yang kuat di Indonesia. Tidak mustahil bahwa kegagalan itu juga diakibatkan karakteristik iramanya yang eksotik, tidak berdaya melawan irama rock yang sensasional. Namun betapapun juga, inovasi Pirngadie telah berhasil menunjukkan posisi dan nilai tawar musik keroncong Indonesia dalam kancah internasional.
Upaya go-international lainnya dapat dilakukan melalui penyusunan kemasan orkestra untuk keroncong seperti yang dilakukan oleh RRI melalui Orkes Studio Jakarta pimpinan Isbandi dalam acara Bintang Radio Televisi jenis Keroncong. Demikian pula eksperimentasi Singgih Sanjaya melalui garapan Light Keroncong dalam format orkestra yang tetap mempertahankan pakem keroncongnya. Upaya ini lebih sesuai bagi pelestarian musik keroncong sebagai musik tradisi yang dikemas secara artistik musikal. Upaya ini lebih akademik dan terhormat dalam mengangkat keroncong sebagai repertoar Indonesia di forum internasional, lebih dari sekedar menawarkan iramanya yang generik.
Upaya go-international juga berarti mempromosikan kepada dunia internasional bahwa keroncong adalah musik Indonesia, melalui hak paten atau hak atas kekayaan intelektual yang diikuti dengan berbagai publikasi tentang keroncong dari para peneliti. Sejauh ini peneliti seperti Surya Brata, Paramita Abdurachman, Harmunah, Budiman BJ, dan Suka Hardjana telah banyak berperan, sementara para peneliti asing seperti Bronia Kornhauser dan Ernst Heins turut memberikan kontribusi mereka. Penelitian Philip Yampolsky menghasilkan rekaman penyanyi keroncong generik tahun 1930-an yang berbeda warna suaranya dengan penyanyi keroncong saat ini, selain selama bertahun-tahun Philip telah menaruh perhatian besar terhadap musik-musik etnik Nusantara.
Upaya go-international juga menuntut kita untuk menghargai para maestro yang telah berhasil menumbuhkembangkan musik keroncong sejak masa Hindia Belanda hingga dapat tampil saat ini sebagai salah satu mainstream musik Indonesia, seperti yang telah dirintis oleh komunitas Tugu dalam Krontjong Toegoe, Kusbini dalam Keroncong Asli, Gesang dalam Langgam Keroncong, Andjar Any dalam Langgam Jawa, serta para penyanyi yang telah turut mendukung kehidupan musik keroncong dari generasi ke generasi. Diharapkan semoga dengan semakin pesatnya pendidikan musik di Indonesia, para pemusik akademik generasi muda secara naluriah akan tergugah kepedulian mereka untuk turut menjaga pusaka yang telah diwariskan leluhur bangsa kita.
Dengan demikian upaya go-international yang sejati terhadap musik keroncong semata-mata tidak terletak pada penyebaran dan popularitas musik keroncong secara internasional, atau pada archiving sosok musiknya dalam bentuk partitur, atau berupa pergelaran orkes keroncong yang immanent, akan tetapi lebih tertuju pada sikap yang mencerminkan keinginan para pencipta, pemusik, dan peneliti keroncong Indonesia untuk berperilaku secara musikal.
Pada akhirnya kita berkewajiban secara moral untuk menjaga dan mendukung kepercayaan dunia internasional bahwa keroncong adalah musik Indonesia, seperti halnya fado dikenal sebagai musik Portugis, blues menjadi identitas musik negro Amerika, flamenco dari Spanyol, dan tango sebagai nyanyian rakyat Argentina, musik nasional yang bersifat kerakyatan dengan lagunya yang tidak sekedar dinyanyikan melainkan juga diekspresikan secara coração, atau dari lubuk hati yang paling dalam.
www.tjroeng.com
UNDANG-UNDANG HAK CIPTA DALAM KERONCONG
Undang-undang No. 19 tahun 2002 tentang hak cipta telah berlaku sejak di undangkan pada tanggal 29 Juli 2002 di era pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri dengan maksud melindungi karya pencipta sebagai kekayaan seni dan budaya yang merupakan salah satu sumber dari karya intelektual, sehingga dapat di manfaatkan untuk meningkatkan kemampuan dibidang perdagangan dan industri yang senantiasa melibatkan para pemiliknya. Dengan demikian kekayaan seni dan budaya yang dilindungi itu dapat meningkatkan kesejahteraan, tidak hanya bagi penciptanya saja tetapi juga bagi bangsa dan negara.
Sebagai salah satu Negara anggota World Trade Organization (WTO) yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intelectual Property (Persetujuan Tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual), maka Indonesia juga harus merealisasikan The Berne Convention for the Protection or Artistic and Literary Works ( Konvensi Berne Tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra). Hal ini menjadi sangat penting kedudukannya dalam upaya melakukan perlindungan atas hak kekayaan intelektual. Dalam seni musik, dalam hal ini musik keroncong pun membutuhkan perlindungan yang sama seperti halnya perlindungan atas karya seni yang lain.
Kekayaan seni dan budaya serta pengembangan intelektual masyarakat Indonesia, khususnya para pencipta lagu-lagu keroncong memerlukan perlindungan hukum yang memadai. Perlindungan tersebut menjadi mutlak diperlukan agar terdapat iklim persaingan usaha yang sehat serta terciptanya hak ekonomi dan hak moral bagi penciptanya. Pada titik ini, dimaksudkan si pencipta bisa mendapat manfaat ekonomis atas ciptaannya serta hasil karyanya selalu melekat pada pencipta meskipun hak ciptanya telah dialihkan.
Para Pihak dalam HAKI
Dalam Undang-undang No. 19 tahun 2002, beberapa definisi dicantumkan untuk mempertegas para pihak yang biasa terlibat dalam proses penciptaan sebuah karya seni dan sastra. Yang dimaksud dengan hak cipta, pencipta ciptaan dari pemegang hak cipta, pelaku, produser pelaksana acara, lembaga penjual hak cipta adalah hak ekslusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memeberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Beberapa penjelasan bisa menjadi acuan bagi pegiat seni dan sastra untuk semakin memahami undang-undang berkait dengan perlindungan atas kekayaan intelektual, yaitu :
Pencipta | : | adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. |
Ciptaan | : | adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni atau sastra. |
Pemegang Hak Cipta | : | adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta. |
Pelaku | : | adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan atau tari, sastra, faktor atas seni lainnya. |
Produser Rekaman | : | adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara dan suatu pertunjukan. |
Lembaga Penyiaran | : | adalah organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk badan hukum yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui system elektromagnetik. |
Para pihak di atas memiliki hubungan yang seharusnya jelas dan terukur, sehingga pada akhirnya tidak terjadi tindakan yang merugikan salah satu pihak.
Secara umum, dunia seni dan sastra ketika masuk ke dalam wilayah hiburan akan berimplikasi pada aspek ekonomi. Keterlibatan sponsor, dan juga pihak swasta lain memberi warna dan kegairahan baru dalam berkesenian. Dan persis pada situasi ini fairness seperti yang tertuang dalam perlindungan HAKI sering terlanggar. Pencipta, aktris, dan musisi seringkali menjadi pihak yang paling dirugikan.
Memanfaatkan UU HAKI
Untuk menghindari praktek-praktek yang merugikan salah satu pihak, memahami dan memanfaatkan UU HAKI menjadi mutlak. Sebagai contoh, beberapa pelaku seni melaksanakan perjanjian dengan para lisensi/produksi rekaman mereka dengan membeli karya tersebut dengan jual putus, yang berarti para pelaku-pelaku seni hanya menerima 1 (satu) kali saja, sementara padahal pihak produser/ rekaman bisa menjual atau memproduksi beribu-ribu kali. Terkait dengan penerimaan royalty bagi pencipta lagu juga sulit untuk diketahui berapa banyak hasil karya ciptanya tersebut diproduksi dan laku terjual di pasaran. Pada kondisi ini dapat diacu Undang-undang No.19 tahun 2002 tentang hak cipta bab V pasal 45 ayat 3 tentang kewajiban para pemegang lisensi untuk memberikan royalty kepada pemegang hak cipta.
Berkait dengan hak royalty, diperlukan sistem dan mekanisme yang lebih transparan dan menjunjung tinggi asas fairness. Para pencipta lagu khususnya harus lebih pro-aktif untuk segera mendaftarkan hak ciptanya demi perlindungan hukumnya dan tidak menjadi korban lebih jauh atas karya yang telah dibuatnya. Demikian juga badan penyiaran public produksi rekaman dan pengguna hasil karya cipta dimaksud dalam memberikan royalty langsung saja kepada para pencipta lagu yang berhak menerimanya.
Jika terjadi perselisihan atau sengketa hukum atas kekayaan intelektual, UU No 19 tentang Hak Cipta bisa menjadi perangkat untuk mencapai solusi hukum. Seperti halnya sebagai berikut :
Apabila terjadi sengketa hak cipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 UU No. 19 tahun 2002 meliputi :
-
Meniadakan nama pencipta yang tercantum pada ciptaan itu.
-
Mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya itu padahal diketahui bahwa yang bersangkutan bukan pencipta aslinya.
-
Mengubah judul lagu
-
Mengubah isi ciptaan
Berdasarkan pasal 56, pemegang hak cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada si pelanggar hak cipta/ pemegang lisensi melalui pengaduan niaga sesuai wilayah hukumnya dengan materi gugatan :
-
Mohon agar Majelis Hakim yang menangani perkara ini memerintahkan kepada penggugat untuk menyerahkan seluruh atau sebagian hasil penghasilan yang diperoleh dari hasil pelanggaran hak cipta.
-
Menghentikan kegiatan yang ada kaitannya dengan pelanggaran hak cipta tersebut.
Gugatan tersebut diatas tidak berlaku bagi ciptaan yang berada pada pihak yang dengan itikad baik memperoleh/ menggunakan/ memperbanyak ciptaan tersebut semata-mata untuk keperluan sendiri atau tidak untuk suatu kegiatan komersial.
Selanjutnya dalam penyidikan kasus pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 dan 56 undang-undang no. 19 tahun 2002, kepolisian, pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan departemen yang lingkup tugasnya dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan hak kekayaan intelektual diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang pelayanan hak cipta.
Ketentuan Pidana (pasal 72 UU No.14 Tahun 2002)
-
Barang siapa dengan sengaja/ tanpa hak melakukan perbuatan pidana pelanggaran hak cipta meliputi :
-
Memperbanyak/ menyiarkan rekaman suara/ gambar pertunjukan hasil ciptaan seseorang tanpa izin dipidana penjara minimal 1 bulan dan denda Rp. 1.000.000,-(satu juta rupiah) maksimal 7 tahun denda Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah)
-
Menyiarkan/ mengedarkan/ menjual kepada umum tanpa izin pemegang hak cipta dipidana 5 tahun dan denda Rp. 500.000.000,-(lima ratus juta rupiah).
-
Memperbanyak hak cipta orang lain tanpa izin untuk kepentingan komersial dipidana 5 tahun denda Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
Dan seterusnya sesuai dengan tingkat pelanggarannya (vide undang-undang no.19 tahun 2002 bab XIII pasal 72 tentang ketentuan pidana)
Upaya Perlindungan Karya Seni dan Sastra
Untuk upaya perlindungan karya seni dan sastra, hal yang harus dilakukan oleh sang pencipta adalah :
-
Pencipta lagu harus segera mendapatkan karya ciptaannya ke Direktorat Jenderal hak atas kekayaan intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan melengkapi :
-
Identitas pencipta (KTP);
-
Hasil ciptaanya asli baik dengan not angka maupun balok;
-
Menyiapkan biaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
-
Biodata pencipta.
-
-
Pelaku seni/ penyanyi/ musisi harus benar-benar teliti sebelum menandatangani kontrak antara lain :
-
Jangka waktu kontrak termasuk penguasaan hak cipta, usahakan dengan batas waktu pertahun.
-
Hindarkan adanya jual putus terhadap hasil ciptaan/ karya seni mengenai harga kontrak, sebaiknya diperhitungkan dengan perbandingan nilai jual ciptaan tersebut serta keuntungan yang didapat oleh produksi rekaman.
-
Penyiaran public (TVRI dan lain-lain)
-
Perlindungan atas karya dan kekayaan intelektual akan menjadi sia-sia jika tidak didukung dengan langkah pro-aktif dari pegiat kesenian itu sendiri. Demikian halnya dengan lagu-lagu keroncong, para pegiat dan pencipta lagu-lagu keroncong harus pro-aktif untuk mendaftarkan lagu-lagu karyanya ke institusi yang menanganinya, yakni Departemen Hukum dan HAM. Langkah ini diharapkan akan semakin menumbuhkan daya kreatif bagi para pelaku seni, tanpa harus takut karyanya akan dijiplak, dan semakin banyak berkarya, selain semakin menambah jumlah lagu, juga akan berdampak pada aspek ekonomis sang seniman. Harapan di masa mendatang adalah bahwa kondisinya akan semakin lebih baik dibanding hari ini.
Salam keroncong,
www.tjroeng.com
Keroncong
Keroncong merupakan nama dari instrumen musik sejenis ukulele dan juga sebagai nama dari jenis musik khas Indonesia yang menggunakan instrumen musik keroncong, flute, dan seorang penyanyi wanita.
Daftar isi[sembunyikan] |
Asal-usul
Akar keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Dari daratan India (Goa) masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini. Bentuk awal musik ini disebut moresco, yang diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya[1]. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.
h musik dawai, seperti biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa.
Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti
Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup
- ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong (ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong)
- ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F);
- gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis (anti melodi);
- biola (menggantikan Rebab);
- flut (mengantikan Suling Bambu);
- selo; betot menggantikan kendang
- kontrabas (menggantikan Gong)[2]
Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.
Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars).
Jenis keroncong
Musik keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat yang digunakan. Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga macam keroncong, yang dapat dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi pemusik yang sudah memahami alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah, sebab cukup menyesuaikan pola yang berlaku. Pengembangan dilakukan dengan menjaga konsistensi pola tersebut. Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk campuran serta adaptasi.
Perkembangan keroncong masa kini
Setelah mengalami evolusi yang panjang sejak kedatangan orang Portugis di Indonesia (1522) dan pemukiman para budak di daerah Kampung Tugu tahun 1661, dan ini merupakan masa evolusi awal musik keroncong yang panjang (1661-1880), hampir dua abad lamanya, namun belum memperlihatkan identitas keroncong yang sebenarnya dengan suara crong-crong-crong, sehingga boleh dikatakan musik keroncong belum lahir tahun 1661-1880.
Dan akhirnya musik keroncong mengalami masa evolusi pendek terakhir sejak tahun 1880 hingga kini, dengan tiga tahap perkembangan terakhir. Tonggak awal adalah pada tahun 1879, di saat penemuan ukulele di Hawai yang segera menjadi alat musik utama dalam keroncong (suara ukulele: crong-crong-crong).
Ketiga tahap tersebut adalah[3]
- (a) Masa stambul (1880-1920),
- (b) Masa keroncong abadi (1920-1960), dan
- (c) Masa keroncong modern (1960-kini).
Masa stambul (1880-1920)
Ukulele ditemukan pada tahun 1879 di Hawaii, sehingga diperkirakan pada tahun berikutnya Keroncong baru menjelma pada tahun 1880, di daerah Tugu kemudian menyebar ke selatan daerah Kemayoran dan Gambir (lihat ada lagu Kemayoran dan Pasar Gambir, sekitar tahun 1913). Komedie Stamboel 1891-1903 lahir di Kota Pelabuhan Surabaya tahun 1891, berupa Pentas Gaya Instanbul, yang mengadakan pertunjukan keliling di Hindia Belanda, Singapura, dan Malaya lewat jalur kereta api maupun kapal api. Pada umumnya pertunjukan meliputi Cerita 1001 Malam (Arab) dan Cerita Eropa (Opera maupun Rakyat), termasuk Hikayat India dan Persia. Sebagai selingan, antar adegan maupun pembukaan, diperdengarkan musik mars, polka, gambus, dan keroncong. Khusus musik keroncong dikenal pada waktu itu Stambul I, Stambul II, dan Stambull III.
Pada waktu itu lagu Stambul berirama cepat (sekitar meter 120 untuk satu ketuk seperempat nada), di mana Gesang menyebut sebagai Keroncong Cepat, dan berbaur dengan Tanjidor yang asli Betawi. Pada masa ini dikenal para musisi Indo, dan pemain biola legendaris adalah M. Sagi (perhatikan rekaman Idris Sardi main biola lagu Stambul II Jali-jali berdasarkan aransemen dari M. Sagi). Seperti diketahui bahwa panjang lagu stambul adalah 16 birama, yang terdiri atas:
Stambul I: Lagu ini misalnya Terang Bulan, Potong Padi, Nina Bobo, Sarinande, O Ina Ni Keke, Bolelebo, dll. dengan struktur bentuk A - B - A - B atau A - B - C - D (16 birama):
- |I , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |
- |, , , , |, , , , |, , , , |I , , , |
- |I7, , , |IV, , , |, , V7, |I , , , |
- |, , , , |V7, , , |, , , , |I , , , ||
Stambul II: Lagu ini misalnya Si Jampang, Jali-Jali, di mana masuk pada Akord IV sebagai ciri Stambul II dengan struktur A - B - A - C (16 birama):
- |I . . . |. . . . |. . . . |IV, , , | (tanda . artinya tacet)
- |, , , , |, , , , |, , V7, |I , , , |
- |, , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |
- |, , , , |, , , , |, , , , |I , , , ||
Stambul III: Lagu ini misalnya Kemayoran, di mana mirip dengan Keroncong Asli sehingga sering salah diucapkan dengan Kr. Kemayoran, yang seharusnya Stambul III Kemayoran, dengan struktur Prelude - A - B - Interlude - C - D (16 birama):
- |I , , , |, , , , | Prelude 2 birama
- |, , , , |, , , , |
- |II#, , ,|V7, , , | Modulasi 2 birama
- |, , , , |IV, , , | Interlude 2 birama
- |, , V7, |I , , , |
- |, , , , |V7, , , |
- |, , , , |I , , , ||
Dari periode stambul ini lahir pula di Makassar bentuk keroncong khas yang dikenal sebagai losquin.
Masa keroncong abadi (1920-1960)
Pada masa ini panjang lagu telah berubah menjadi 32 birama, akibat pengaruh musik pop Amerika yang melanda lantai dansa di Hotel2 Indonesia pada waktu itu, dengan musisi didominasi dari Filipina (spt Pablo, Sambayon, dll), dan berakibat juga lagu pada waktu itu telah 32 birama juga, perhatikan lagu Indonesia Raya (1924) pada waktu itu juga sudah 32 birama. Selanjutnya pusat perkembangan beralih ke Solo dan iramanya juga lebih lamban (sekitar 80 untuk seperempat nada). Masa ini lahir para musisi Solo spt Gesang. Lagu Keroncong Abadi terdiri atas:
Langgam Keroncong: Bentuk lagu langgam ada dua versi. Yang pertama A - A - B - A dengan pengulangan dari bagian A kedua seperti lagu standar pop: Verse A - Verse A - Bridge B - Verse A, panjang 32 birama. Beda sedikit pada versi kedua, yakni pengulangannya langsung pada bagian B. Meski sudah memiliki bentuk baku, namun pada perkembangannya irama ini lebih bebas diekspresikan. Penyanyi serba bisa Hetty Koes Endang misalnya, dia sering merekam lagu-lagu non keroncong dan langgam menggunakan irama yang sama, dan kebanyakan tetap dinamakan langgam. Alur akord-nya sebagai berikut:
- Verse A | V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
- Verse A |V7 , , , | I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
- Bridge B |I7 , , , |IV , , , | IV , V , | I , , , | I , , , | II# , , , | II# , , , | V , , ,|
- Verse A |V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
Stambul Keroncong: Stambul merupakan jenis keroncong yang namanya diambil dari bentuk sandiwara yang dikenal pada akhir abad ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama Komedi stambul. Nama "stambul" diambil dari Istambul di Turki.
Alur akord Stambul Keroncong adalah sbb. (tanda - adalah tacet atau iringan tidak dibunyikan):
- |I - - - | - - - - | - - - - |IV , , , | dibuka dg broken chord I utk mencari nada
- |IV , , , |IV , , , |IV , V ,|I , , , |
- |I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
- |V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
- |I , , , |I , , , |I , , , |IV , , , | 16 birama ini pengulangan dari 16 birama pertama atau sama
- |IV , , , |IV , , , |IV , V , |I , , , |
- |I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
- |V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
Keroncong Asli Keroncong asli memiliki bentuk lagu A - B - B'. Lagu terdiri atas 8 baris, 8 baris x 4 birama = 32 birama, di mana dibuka dengan PRELUDE 4 birama yang dimainkan secara instrumental, kemudian disisipi INTERLUDE standar sebanyak 4 birama yang dimainkan secara instrumental juga. Keroncong asli diawali oleh voorspel atau prelude, atau intro yang diambil dari baris 7 (B3) mengarah ke nada/akord awal lagu, yang dilakukan oleh alat musik melodi seperti seruling/flut, biola, atau gitar; dan tussenspel atau interlude atau intermezzo di tengah-tengah setelah modulasi/modulatie/modulation yang standar untuk semua keroncong asli: Alur akordnya seperti tersusun di bawah ini:
- |V , , , |I , I7 , |IV , V7 , |I , , , | prelude 4 birama diambil dari baris ke-7 (B3)
- (A1) | I , , , | I , , , | V , , , | V , , , |
- (A2) |II# , , , | II# , , , | V , , , | modulasi merupakan ciri keroncong asli sebanyak 4 birama
- |V , , , | V , , , | V , , , |IV , , , | interlude 4 birama untuk semua lagu menjadi standar
- (B1) | IV , , ,| IV , , ,|V7 , , , | I , , , |
- (B2) |I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , I7 , |
- (B3) |IV , V7 , |I , I7 , | IV , V7 , |I , , , |
- (B2) | I , , , | V7 , , , | V7 , , ,| I , , , |
Kadensa Keroncong Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni sebagai penutup pada akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup sempurna melodi tersebut atau setengah menutup (sementara) melodi tersebut. Pada Masa Keroncong Abadi dikenal rangkaian penutup I7-IV-V7-I.
- Kadensa dengan rangkaian V7-I disebut sebagai Kadensa Sempurna, karena sempurna menutup rangkaian tersebut dan terasa berhenti sempurna.
- Tetapi kalau akord X-V7 menjadi akhir rangaian, maka disebut Kadensa Tidak Sempurna atau Setengah Kadensa, misalnya rangkaian Super Tonik - Dominan Septim.
- Kalau rangkaian harmoni diakhiri pada X-VI, maka disebut Kadensa Terputus, misalnya Doninan Septim - Submedian.
- Dalam rangkaian IV-I disebut Kadensa Plagal, mempunyai sifat sendu seperti kalau kita mengucap "Amin" dalam sholat.
- Kadensa Keroncong, khusus dikembangkan dalam musik keroncong, yaitu rangkaian harmoni I7-IV-V7-I
Gambang Keromong Gambang Keromong adalah salah satu gaya keroncong yang dikembangkan oleh Etnis Tionghoa (gambang adalah alat musik bilah kayu seperti marimba, sedangkan keromong adalah istilah lain dari kempul) yang dikembangkan tahun sekitar 1949 di Jakarta (tanjidor), namun kemudian berkembang di Semarang (ingat lagu Gambang Semarang - Oey Yok Siang). Sebenarnya Gambang Keromong yang lahir di Masa Keroncong Abadi 1920-1960 adalah cikal bakal Campursari yang lahir pada Masa Keroncong Modern.
Masa keroncong modern (1960-kini)
Perkembangan keroncong masih di daerah Solo dan sekitarnya, namun muncul berbagai gaya baru yang berbeda dengan Masa Keroncong Abadi (termasuk musisinya), dan merupakan pembaruan sesuai dengan lingkungannya.
Langgam Jawa
Bentuk adaptasi keroncong terhadap tradisi musik gamelan dikenal sebagai langgam Jawa, yang berbeda dari langgam yang dimaksud di sini. Langgam Jawa memiliki ciri khusus pada penambahan instrumen antara lain siter, kendang (bisa diwakili dengan modifikasi permainan cello ala kendang), saron, dan adanya bawa atau suluk berupa introduksi vokal tanpa instrumen untuk membuka sebelum irama dimulai secara utuh. Tahun 1968 Langgam Jawa berkembang menjadi Campursari.
Umumnya mempunyai struktur lagu pop yaitu A - A - B - A atau juga A - B - C - D dangan jumlah 32 birama. Lagu Langgam Jawa yang terkenal di tahun 1958 adalah ciptaan Anjar Any (1936-2008): Yen Ing Tawang Ana Lintang (Tawang dalam Bahasa Jawa berarti: awang-awang, langit, dan makna lain nama suatu desa di Magetan, Kalau di Langit Ada Bintang). Langgam Jawa menjadi terkenal oleh Waljinah yang pernah sebagai juara tingkat sekolah SMP di RRI Solo tahun 1958.
Keroncong Beat
Dimulai oleh Yayasan Tetap Segar pimpinan Rudy Pirngadie, di Jakarta pada tahun 1959 dan bisa mengiringi lagu barat pop (mau melangkah lebih bersifat universal). Pada waktu itu Idris Sardi ikut tur ke New York World's Fair Amerika Serikat dengan biola tahun 1964 dengan maksud mau memperkenalkan lagu pop barat (I left my heart in San Fransico, pada waktu itu tahun 1964 lagu ini merupakan salah satu hit di dunia) dengan iringan keroncong beat, namun dia kena denda melanggar hak cipta akibat tanpa izin.
Dengan Keroncong Beat maka berbagai lagu (bukan dengan rangkaian harmoni keroncong, termsuk kunci Minor) dapat dinyanyikan seperti La Paloma, Monalisa, Widuri, Mawar Berduri, dll.
Campur Sari
Di Gunung Kidul (DI Yogyakarta) pada tahun 1968 Manthous memperkenalkan gabungan alat gamelan dan musik keroncong, yang kemudian dikenal sebagai Campursari. Kini daerah Solo, Sragen, Ngawi, dan sekitarnya, terkenal sebagai pusat para artis musik campursari. Bahkan Bupati Sukoharjo ikut meramaikan bursa campursari.
Keroncong Koes-Plus
Koes Plus dikenal sebagai perintis musik rock di Indonesia, pada sekitar tahun 1974 juga berjasa dalam musik keroncong yang rock. Keroncong Pertemuan adalah Keroncong Koes Plus dengan struktur bentuk campuran (dalam bahasa Belanda disebut Meng-vorm atau Inggris Combine form) antara Stambul II dan Keroncong Asli.
Seandainya band rock Indonesia bisa mengikuti jejak Koes-Plus untuk melestarikan budaya sendiri seperti keroncong, maka betapa indah musik rock Indonesia dapat ngetop dengan irama kampung halaman, berarti musik keroncong jangan mati (ucapan Gesang). Mudah-mudahan Mbah, generasi muda Indonesia dapat melanjutkan musik keroncong .
Keroncong Dangdut (Congdut)
Keroncong dangdut (Congdut) adalah jawaban atas derasnya pengaruh musik dangdut dalam musik populer di Indonesia sejak 1980-an. Seiring dengan menguatnya campur sari di pentas musik populer etnis Jawa, sejumlah musisi, konon dimulai dari Surakarta, memasukkan unsur beat dangdut ke dalam lagu-lagu langgam Jawa klasik maupun baru. Didi Kempot adalah tokoh utama gerakan pembaruan ini. Lagu-lagu yang terkenal antara lain Stasiun Balapan, Sewu Kuto.
Tokoh keroncong
Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar dalam membesarkan musik keroncong adalah bapak Gesang. Lelaki asal kota Surakarta (Solo) ini bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari pemerintah Jepang karena berhasil memperkenalkan musik keroncong di sana. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalah Bengawan Solo. Lantaran pengabdiannya itulah, oleh Gesang dijuluki "Buaya Keroncong" oleh insan keroncong Indonesia, sebutan untuk pakar musik keroncong. Gesang menyebut irama keroncong pada MASA STAMBUL (1880-1920), yang berkembang di Jakarta (Tugu , Kemayoran, dan Gambir) sebagai Keroncong Cepat; sedangkan setelah ousat perkembangan pindah ke Solo (MASA KERONCONG ABADI: 1920-1960) iramanya menjadi lebih lambat.
Di sisi lain nama Anjar Any (Solo, pencipta Langgam Jawa lebih dari 2000 lagu yang meninggal tahun 2008) juga mempunyai andil dalam keroncong untuk Langgam Jawa beserta Waljinah (Solo), sedangkan R. Pirngadie (Jakarta) untuk Keroncong Beat, Manthous (Gunung Kidul, Yogyakarta) untuk Campursari dan Koe Plus (Solo/Jakarta) untuk Keroncobg Rock, serta Didi Kempot (Ngawi) untuk Congdut.
Trivia
- Asal muasal sebutan "Buaya Keroncong" berkisar pada lagu ciptaannya, Bengawan Solo. Bengawan Solo adalah nama sungai yang berada di wilayah Surakarta. Seperti diketahui, buaya memiliki habitat di rawa dan sungai. Reptil terbesar itu di habitanya nyaris tak terkalahkan, karena menjadi pemangsa yang ganas. Pengandaian semacam itulah yang mendasari mengapa Gesang disebut sebagai "Buaya Keroncong".
www.tjroeng.com
jazz latin
Jazz latin adalah istilah umum yang diberikan kepada musik yang mengkombinasikan ritme dari negara-negara Afrika dan Amerika Latin dengan harmoni jazz dan klasik dari Amerika Latin, Karibia, Eropa dan Amerika Serikat.
Dua kategori utama di jazz latin adalah Jazz Brasil dan Afro-Kuba.
- Jazz latin brasil termasuk bossa nova dan samba
- Jazz latin Afro-Kuba termasuk salsa, merengue, songo, son, mambo, dan mambo, Timba, bolero, charanga dan cha cha cha.
Daftar isi[sembunyikan] |
Ciri khas jazz latin
Bagi musisi jazz bagian musik sering disebut "latin" jika tepat 8-note semuanya pada ayunan (swinger) 8-note pada umumnya musik Jazz. Banyak musisi jazz yang tahu banyak tentang sejarah dari jazz Amerika tapi mungkin sedikit tidak familiar dengan sejarah atau tradisi dari latin jazz meskipun mereka mungkin mengetahui beberapa komposisi yang agak terkenal .
musik latin jazz seperti kebanyakan tipe musik jazz bisa dimainkan dalam grup besar maupun kecil. Grup kecil atau combo sering menggunakan format Be-bop yg popular di Amerika tahun 1950an. Ketika musisi memainkan melodi standar banyak dari musisi ini memainkan improvisasi solo dan kemudian masing-masing memainkan melodi lagi. Pada band jazz latin, perkusi solo lebih sering tampil, bahkan lebih sering menjadi pusat perhatian selama pertunjukan solonya. Perkusi solo pada jazz latin lebih terstruktur daripada pada swing bands dimana drum solo jarang tapi lebih kontemporer dan conga atau timbale dapat menambah melodi pada pertunjukan .
Sejarah jazz latin
Jazz latin berawal diakhir 1940an ketika Dizzy Gillespie dan Stan Kenton mulai mengkombinasikan bagian ritme dan struktur dari musik Afro-Cuban seperti oleh Machito and his Afro-Cubans dengan instrumen dari jazz dan ide solo improvisasi. Stan Kenton merilis sebuah aransemen bergaya Afro-Cuban, The Peanut Vendor yang dianggap secara luas sebagai album jazz latin yang pertama “the first authentic Latin Jazz recording”.
Di 1947 Dizzy Gillespie berkolaborasi dengan pemain conga Machito Chano Pozo untuk menampilkan "Afro-Cuban Drums Suite" di Carnegie Hall . Konser ini membawa jazz latin dihargai dalam mainstream. dan Pozo akhirnya bersama Gillespie band memproduksi "Cubana Be, Cubana Bop".
Dibandingkan dengan jazz amerika, jazz latin berisi straight rhythm, daripada swung rhythm. Jazz latin berbirama empat tetapi memakai bentuk dari clave. Conga timbale güiro dan claves adalah instrument perkusi yang berperan penting pada pembentukan nuansa latin .
Samba
Samba berasal dari abad 19 Afro-Brazilian musik seperti Lundu. Berisikan bentuk modifikasi dari clave. Bossanova adalah musik campuran yang berbasis pada ritme samba tapi dipengaruhi musik Eropa dan Amerika dari Debussy sampai jazz amerika. bossa nova berawal 1960an. Atas usaha keras dari orang Brazil Antonio Carlos Jobim, João Gilberto dan seorang Amerika Stan Getz. Lagu yang paling terkenal tapi masih dapat diperdebatkan The Girl from Ipanema oleh Gilberto dan istrinya, Astrud Gilberto.
Jazz latin merupakan kombinasi yang sempurna dari ritme Latin dan prase jazz yang dapat memberikan energi penontonnya lebih dari jenis musik manapun. Sebagai bagian dalam Smithsonian Institution dari alur besar musik jazz Latin berakar & berasal pada musik musik Caribbia sampai New Orleans dan club-club kota New York sampai popular keseatero dunia pada masa sekarang. , jazz latin adalah suatu musik yang sangat spektakuler dan semenarik musik Fusion.
Raul Fernandez, professor ilmu sosial di University of California di Irvine dan ahli pada budaya USA-Latin Amerikan, tinggal di Orange, California.
Latin Jazz: La Combinación Perfecta
Akar jazz latin
Dari terminologi musisi jazz New Orleans Jelly Roll Morton, jazz yang tercipta dengan "Spanish tinge". Diabad 19, terjadi percampuran antara musik tradisional dari Karibia yang dibawa oleh Imigran ke AS, dan menelurkan disuasana yang komplekx suatu gaya musik yang baru. Perkusi memainkan sesuatu yang dramatis dan penting, demikian pula berbagai instrumen baru menemukan jalan mereka ke jazz, dan kerumitan musik Afrika, Karibia dan Amerika menjadi lebih diperhatikan. Diakhir 1940 dan awal 1950, musisi termasuk Mario Bauza, Dizzy Gillespie, Chano Pozo, dan Machito mulai mencampur jazz dengan musik Afro-Cuban. Hasilnya kurator latin jazz Raúl Fernández menyebutnya "a hybrid of hybrids".
Di New York, the Palladium and Birdland menampilkan musisi Puerto Rico, Cuba, Panama, and Dominika. Penikmat dan musisi jazz New Orleans dan Los Angeles juga menerima pengaruh Karibia ini. Di San Francisco, the Beats wove, the vocabulari dan ritme dari Afro-Cubop diterima dalam karya mereka. Meskipun, gaya dari jazz America bercampur dengan Karibia. Latin jazz membuat pendengarnya berdansa. Son, mambo, rumba, dan cumbia terinspirasi rhythms dari Latin jazz. Dansa dengan gaya ini makin popular lebih lagi saat ini.
Alat musik yang digunakan
Musik ini menggunakan instrument : a tres, claves, maracas, congas, bongos, güiros, tamboras, drums, horns, cuatros, timbales, and five-key flutes (beberapa dimiliki & dimainka musisi jazz besar)
"Jazz latin adalah bentuk seni amerika klasik (a classic American artform...)" John Santos Jazz latin adalah percampuran dari musik Afrian dan rhythms indah dan menakjubkan dari semua aspek Latin Amerikan dalam bahasa Jazz. Pertama dikenal dengan sebutan Cubop, lalu jazz Afro-Kuba, ini terbentuk di kota New York, sebagai bagian dari revolusi sosio-kultural yang sangat besar di 1930's & 40's adanya pengaruh rasial antara komunitas musisi black, white and Latino, explorasi & infasi dari musisi yang memiliki visi seperti Alberto Socarras, Ernesto Lecuona, Dizzy Gillespie, Charlie Parker, Mario Bauza, Machito & his Afro-Cubans, Juan Tizol, Noro Morales, Tito Puente, Chano Pozo, Stan Kenton, Chico O'Farrill, dan banyak lainnya.
Karakteristik
Sampai saat ini, bagian dari ritmik utamanya yang membuat jenis musik ini melaju sangat pesat dan meluas melewati batas ke Amerika adalah bentukan musik Cuba bergaya rumba, cha cha cha, songo, bolero, guaracha, son montuno (termasuk juga mambo dan salsa) termasuk juga kontribusi ritme dari Brazil (samba, bosa nova).
Begitu banyak karakteristik yang dapat mendefinisikan cakupan jazz latin dari avant garde (Emiliano Salvador, Hermeto Pascual, dll) sampai bentuk yang lebih populer (Poncho Sanchez, Tito Puente, dll.).. Dibandingkan dengan musik yang populer yang berisikan melodi yang sederhana, chord progression yang sederhana dan hampir tanpa improvisasi, latin jazz terdengar lebih rumit. Jazz latin mengandung musik dengan campuran instrumen (instrumental hybrid) dan berisikan harmoni jazz yang lebih progresif digunakan di dan semua struktur ritmis, dicampurkan dengan sedikir improvisasi, dan percampuran berbasis ritme Afrika dan perkembangan semua jenis musik Amerika latin.
Musik populer Brazilian berisikan ritme samba dan atau bossa nova, sama terkenalnya dengan musik populer Kuba yang lain, juga salsa atau musik dansa tropis yang sering beraroma mistis untuk jazz latin.
Beragamnya gaya dari jazz latin sering kali membingungkan penggemarnya yang fanatik sekalipun.
Yang ada atau karakteristik dari jazz latin:
- Musik berinstrument hybrid
- Berisikan harmoni jazz progressive menggunakan aransemen struktur struktural ritme yang beragam
- Berisikan ritme Afrika yang terus berkembang dengan diaspora Latin Amerika
- Memperkenankan penggunaan improvisasi gaya jazz dalam kerangka kerja dan variasi dari bentuk keduanya
Sejarah Jazz : Kemunculan Bebop
Bahasa jazz berubah dengan sangat drastis dengan kemunculan bebop di awal hingga pertengahan era 1940-an. Segelintir musisi meliputi Dizzy Gillespie, Charlie Parker, Max Roach, Kenny Clarke, Bud Powell dan Thelonious Monk, mempelopori lahirnya bebop dengan usaha total untuk menciptakan sesuatu yang baru dan menantang. Menyadari bebop sebagai musik yang memerlukan skill instrumental yang tinggi dan pengetahuan yang canggih akan harmoni, musisi jazz cepat mendapatkan popularitas. Mereka menulis melodi yang zigzag dan memutar-mutar chord dengan kompleksitas yang meningkat. Soloists mengolah nada-nada scale yang dissonant dengan improvisasi mereka sendiri, memberikan sesuatu yang eksotis ke musik ini, bunyi yang tanpa batas. Suatu kepuasan dengan sinkopasi dihasilkan dalam aksen-aksen baru. Dan temponya bergerak semakin kencang dan kencang.
Bebop paling baik dimainkan dalam format small-group; quartets dan quintets terbukti ideal dengan alasan ekonomis dan artistik. Musik ini berkembang di lingkungan klab-klab jazz perkotaan, dimana penonton lebih memilih datang untuk mendengarkan permainan solo ketimbang untuk berdansa diiringi lagu favorit mereka. Secara singkat, musisi bebop menjadikan jazz suatu bentuk seni yang tidak hanya ditujukan untuk rasa, namun juga kecerdasan intelektual.
Bintang-bintang jazz bermunculan di era bebop, diantara mereka adalah trumpeters Clifford Brown, Freddie Hubbard dan Miles Davis, saxophonists Dexter Gordon, Art Pepper, Johnny Griffin, Pepper Adams, Sonny Stitt dan John Coltrane, dan trombonist J.J. Johnson.
Di era 1950-an dan 1960-an, bebop mengalami beberapa mutasi : hard-bop, West Coast, cool-jazz dan soul jazz diantaranya. Format small-group dari bebop, yaitu satu hingga tiga horns, piano, bass dan drums, tetap menjadi standard combo instrumentasi jazz sampai hari ini.
-tulisan ini dibuat bukan karena merasa lebih tahu, namun karena tidak tahu apa-apa, dan ingin menjadi lebih tahu-
15
Nov 08
Sejarah Jazz : Big Band Swing
Berikut ini adalah artikel yang saya tulis dalam rangka mempelajari musik Jazz dan World Music. Dikutip dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi Anda semua.
Jazz berkembang menjadi suatu bentuk yang berbeda dalam big band sejak awal era 1920-an sampai akhir 1940-an. Instrumentalists, pada umumnya usia belia, memainkan bagian yang spesifik baik yang dihafal atau dibaca dari printed charts. Orkestrasi yang hati-hati, dipasangkan dengan large brass dan reed sections, menghasilkan harmoni yang kaya akan jazz dan menciptakan sebuah sensasi luar biasa yang dikenal sebagai “the big band sound”.
Big band menjadi suatu musik populer saat itu, mencapai puncaknya di pertengahan era 1930-an. Pemimpin-pemimpin band terkenal seperti Duke Ellington, Count Basie, Chick Webb, Benny Goodman, Charlie Barnet, Jimmy Lunceford dan Glenn Miller, menulis dan merekam sebuah parade virtual dari nada-nada menarik yang dimainkan tidak hanya di radio tetapi juga di arena-arena dansa di seluruh wilayah. Sebagian big band tersebut memiliki soloist yang ahli improvisasi. Hal ini menarik perhatian penonton yang menjadi histeris dalam acara yang terpublikasi dengan baik, battles-of-the-bands.
Walaupun big band datang setelah Perang Dunia II, orkestra-orkestra pimpinan Basie, Ellington, Woody Herman, Stan Kenton dan beberapa nama lainnya melakukan tur dan rekaman selama beberapa dekade setelahnya. Musik tersebut dimodernisasi sangat tinggi dalam grup-grup pimpinan Boyd Raeburn, Sun Ra, Oliver Nelson, Charles Mingus, Thad Jones-Mel Lewis dan Muhal Richard Abrams yang mengeksplorasi konsep baru dalam harmoni, instrumentasi, dan kebebasan improvisasi.
Saat ini big band tetap menjadi standard dalam pendidikan jazz. Orkestra-orkestra repertoir seperti the Lincoln Center Jazz Orchestra, the Carnegie Hall Jazz Band, the Smithsonian Jazz Masterworks Orchestra dan the Chicago Jazz Ensemble secara reguler memainkan aransemen orisinil dari komposisi big band.
-tulisan ini dibuat bukan karena merasa lebih tahu, namun karena tidak tahu apa-apa, dan ingin menjadi lebih tahu-
15
Nov 08
Sejarah Jazz : Band-band Pertama
Berikut ini adalah artikel yang saya tulis dalam rangka mempelajari musik Jazz dan World Music. Dikutip dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi Anda semua.
Ada kalanya tentunya saat dinosaurus musikal (big bands) mengelilingi dunia, the Swing Era. Band-band pelopor dari Swing Era muncul ke permukaan di awal 1920-an, kredit untuk permulaan dari era big band jatuh kepada leader-arranger Fletcher Henderson, yang sangat membesarkan format musik combo menjadi ensemble yang lebih besar di tahun 1923. Dengan menambahkan seksi trumpets, trombones, saxophones dan rhythm, Henderson dan dan arranger lainnya telah menciptakan musik ayng memiliki warna, jarak, tekstur, dan power yang lebih baik. Hampir bersamaan dengan itu, Duke Ellington mulai mengembangkan grup mininya menjadi suatu ensemble besar, dan musik big band telah menemukan composer dan arranger terbaiknya. Rekaman-rekaman pertama dari band Henderson dan Ellington muncul di tahun 1931.
Banyak dari agregasi-agregasi awal memulai sebagai band teritorial, yang menjadi terkenal jika mereka terhubung ke publik lewat rekaman atau radio. Big band-nya Paul Whiteman, Jean Goldkette dan Ben Pollack mendapatkan ketenaran sesaat di awal era ini, namun musik mereka jarang meraih suatu titik akhir.
Seiring masuknya era 1930-an, band-band yang dipimpin oleh Don Redman, Luis Russell, Jimmie Lunceford, Earl Hines, Andy Kirk, Benny Carter dan Count Basie mengembangkan variasi musik yang ditawarkan oleh agregasi yang lebih besar.
Unit-unit lain yang dianggap lebih ke arah genre dance-band adalah Glen Gray, The Dorsey Brothers, Glenn Miller dan Bob Crosby.
-tulisan ini dibuat bukan karena merasa lebih tahu, namun karena tidak tahu apa-apa, dan ingin menjadi lebih tahu-
15
Nov 08
Sejarah Jazz : Menuju New York dan Chicago
Berikut ini adalah artikel yang saya tulis dalam rangka mempelajari musik Jazz dan World Music. Dikutip dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi Anda semua.
Sejarah jazz mungkin memang memiliki akar di New Orleans pada awal abad, namun musik ini benar-benar melaju di awal 1920-an, ketika trumpeter Louis Armstrong meninggalkan New Orleans untuk menciptakan suatu musik baru yang revolusioner di Chicago. Sama halnya, migrasi dari artis-artis menuju New York secara singkat setelah itu menandakan suatu shift permanen dari Selatan menuju Utara. Chicago mengambil musik New Orleans dan menjadikannya lebih hot, memanaskan temperatur tidak hanya dengan Armstrong’s Hot Five and Hot Seven bands, tapi juga dengan artis-artis lain seperti Eddie Condon dan Jimmy McPartland, yang mempunyai Austin High membantu menunjukkan jalan dalam kebangkitan sekolah-sekolah New Orleans. Yang lainnya meliputi pianist Art Hodes, drummer Barrett Deems dan clarinetist Benny Goodman.
Armstrong dan Goodman akhirnya memantapkan jalan mereka menuju New York, membantu menciptakan sebuah critical mass yang telah melayani kota itu dengan baik, menjadikan New York ibukota jazz dunia. Dan meskipun Chicago telah menjadi pusat rekaman, New York tumbuh menjadi pusat yang sesungguhnya, tidak hanya untuk rekaman saja, tapi juga tempat untuk tampil, misalnya di klab-klab legendaris seperti Minton’s Club, the Cotton Club dan the Village Vanguard, serta banyak arena-arena big show seperti Carnegie Hall. Bebop dilahirkan di kota New York, diciptakan dan diusung oleh bintang-bintang seperti Charlie Parker, Dizzy Gillespie dan Thelonious Monk.
Selama er 1960-an, runtutan kesempatan tampil diizinkan bahkan untuk musik yang lebih kreatif di permukaan kedua kota tersebut. Di Chicago, kemunculan Association for the Advancement of Creative Musicians (AACM) dan suatu varietas dari loft-type venues melindung satu gaya yang baru, in-your-face avant garde, diusung oleh musisi-musisi seperti saxophonist Fred Anderson. Sedangkan di New York, loft scene didefinisikan oleh semua tipe musisi yang berbeda, khususnya dalam era 1970-an dan 1980-an, menawarkan pemain-pemain seperti saxophonist Sam Rivers, musisi-musisi the World Saxophone Quartet dan the Vanguard Orchestra.
-tulisan ini dibuat bukan karena merasa lebih tahu, namun karena tidak tahu apa-apa, dan ingin menjadi lebih tahu-
15
Nov 08
Sejarah Jazz : Rekaman Jazz Pertama
Berikut ini adalah artikel yang saya tulis dalam rangka mempelajari musik Jazz dan World Music. Dikutip dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi Anda semua.
Walaupun “Livery Stable Blues” dari ODJB (suatu gebrakan oleh quintet kulit putih di tahun 1917) dikreditkan sebagai rekaman jazz pertama, musisi kulit hitam New Orleans juga telah bermain lebih dulu dan lebih orisinil, jazz murni yang tidak terdokumentasi, pada umumnya karena tidak adanya fasilitas rekaman di kota Crescent. Pemain cornet brilian New Orleans, Buddy Bolden, tidak pernah melakukan rekaman dan musik Memphis ala W.C. Handy dipublikasikan dan ditampilkan sebelum publik mengenal jazz dan rekaman ODJB. Pemain cornet Freddie Keppard dan Original Creoles harusnya melakukan rekaman 7 bulan sebelum ODJB, namun dilaporkan mereka menolak undangan tersebut karena takut rekaman akan membuat musik mereka mudah di-copy.
Musisi kulit hitam pertama yang dikreditkan melakukan rekaman jazz adalah trombonis Kid Ory. Ory harus berpindah dari New Orleans ke California demi mengejar kesempatan bermusik. Di tahun 1922, ia melakukan rekaman yang tidak tersirkulasi luas, kemudian disusul di tahun 1923 oleh cornetist King Oliver, soprano saxophonist/clarinetist Sidney Bechet, pianist Jelly Roll Morton dan singer Bessie Smith. Rekaman Oliver pertama melibatkan Louis Armstrong sebagai second cornet. Layaknya band-band New Orleans yang telah terkenal, Oliver pergi ke Chicago untuk rekaman dan mendapat popularitas.
Armstrong, yang diakui sebagai narasumber jazz, melakukan rekaman dengan Clarence Williams, Fletcher Henderson, Bessie Smith dan musisi-musisi lain sebelum membuat debut pertamanya di akhir 1925.
Jazz, lebih kurang mencapai popularitas besar di tahun 1924 dengan rekaman-rekaman awal dari Paul Whiteman.
-tulisan ini dibuat bukan karena merasa lebih tahu, namun karena tidak tahu apa-apa, dan ingin menjadi lebih tahu-
15
Nov 08
Sejarah Jazz : New Orleans Jazz
Berikut ini adalah artikel yang saya tulis dalam rangka mempelajari musik Jazz dan World Music. Dikutip dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi Anda semua.
Seiring dengan berkembangnya ragtime, New Orleans jazz muncul dalam scene musik jazz selama 2 dekade pertama di abad 20. Dianggap sebagai suatu style jazz pertama, yaitu dari 1895 dengan musik Buddy Bolden, Kid Ory, dan Jelly Roll Morton di Storyville, New Orleans, sampai mendekati 1917. New Orleans jazz telah menjadi tidak fit untuk marching brass band. Ada dokumentasi New Orleans jazz pertama dari The Original Dixieland Jass Band di tahun 1917 sampai 1920-an, ketika teknologi rekaman telah berkembang.
Musik ini berkembang meliputi pemain trumpet dan cornet, seperti Joe Oliver dan Louis Armstrong, ditampilkan sebagai suatu gaya yang berorientasi terhadap ensemble, dengan pemain trumpet memainkan melodi, harmoni dan countermelodi datang dari pemain trombon dan/atau clarinet. Seksi rhythm berkembang menjadi suatu banjo ensemble, drum, tuba atau bass, dan piano. Secara keseluruhan, poin penting dalam New Orleans jazz adalah untuk menitikberatkan suatu ensemble daripada solo. Musik ini berlanjut melebarkan sayapnya selama era 1920-an, dan mulai disaingi oleh lahirnya musik swing yang akhirnya akan menggantikan jenis musik ini. Dixieland style, yang tumbuh beriringan, menjaga struktur dasar dari New Orleans jazz.
-tulisan ini dibuat bukan karena merasa lebih tahu, namun karena tidak tahu apa-apa, dan ingin menjadi lebih tahu-
15
Nov 08
Sejarah Jazz : Dixieland dan Ragtime
Berikut ini adalah artikel yang saya tulis dalam rangka mempelajari musik Jazz dan World Music. Dikutip dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi Anda semua.
Ragtime menjadi unik karena tidak menyertakan improvisasi dan hawa blues. Hal ini adalah sebuah pengaruh dari bentuk asal jazz, berlangsung selama sekitar 15 tahun pertama di abad 20. Umumnya sebuah musik untuk piano yang telah ditulis secara keseluruhan dapat ditampilkan oleh orkestra dan mewakilkan campuran dari pengaruh klasik dan marching band ———. Coba Anda dengarkan musik dari Scott Joplin untuk mencicipi ragtime.
Dixieland adalah sebuah style yang dapat dianggap sebagai suatu varian dari jazz klasik dan jazz New Orleans. Akar asli dari dixieland sebagai bentuk musikal bersumber dari scene musik Chicago pada tahun 1920-an. Pionir dari dixieland style meliputi gitaris Eddie Condon, saxophonist Bud Freeman, dan trumpeter Jimmy McPartland.
Gaya dixieland melibatkan improvisasi kolektif dalam chorus pertama, dengan para musisi masuk solo bersama riffing dari alat musik tiup, diikuti oleh closing ensemble, biasanya drummer memainkan 4-bar tag yang diakhiri oleh keseluruhan band. Tidak seperti gaya-gaya musik jazz yang lain, set lagu untuk musisi dixieland agak terbatas, namun menawarkan variasi yang tanpa akhir dalam model suara, dikembangkan sekitar 1910-an.
-tulisan ini dibuat bukan karena merasa lebih tahu, namun karena tidak tahu apa-apa, dan ingin menjadi lebih tahu-
15
Nov 08
Sejarah Jazz : Asal Mula Jazz
Berikut ini adalah artikel yang saya tulis dalam rangka mempelajari musik Jazz dan World Music. Dikutip dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi Anda semua.
Nenek moyang dari musik jazz, yaitu urban musik, berasal dari daerah pedesaan di selatan layaknya jalanan di kota-kota Amerika. Hal ini merupakan hasil dari dua tradisi musikal yang nyata, yaitu Afrika Barat dan Eropa. Afrika Barat memberikan pengaruh dalam jazz berupa ritme yang terus menerus, pergerakan, dan permainan emosi yang sangat menyokong jazz dengan baik. Sedangkan bumbu-bumbu Eropa lebih mempengaruhi dalam hal kualitas musikal menyinggung harmoni dan melodi.
Gabungan dari kedua tradisi ini menghasilkan suatu musik yang bermain dalam suatu meteran dan me-reinterpretasi-kan penggunaan nada-nada dalam kombinasi baru, menciptakan nada-nada biru yang mengekspresikan perasaan, baik sedih maupun ceria. Teriakan peladang/budak dikombinasikan dengan bunyi-bunyi style musisi New Orleans, menghasilkan suatu jenis musik baru. Musik Gospel dari gereja melumer dengan yang dikenal pada abad 20 sebagai “blues” , menawarkan bumbu vokal yang diterjemahkan dengan baik ke dalam instrumen.
Marching Bands, yang dimainkan tidak hanya oleh orang-orang kulit putih tapi juga orang kulit hitam, memperkenalkan instrumen-instrumen yang sebaliknya telah menjaga suatu ekspresi dari tradisi musik klasik. Drum dan alat musik petik berkombinasi dengan terompet, trombon, tuba, dan saxophone. Musik dari Afrika Barat dan musik yang diciptakan oleh para budak diterjemahkan dengan metode berbeda oleh pengaruh Karibia dan alunan Latin. Dan apa yang akhirnya menjadi lagu populer adalah disertai unsur Gospel, Blues, dan Field Hollers (teriakan peladang), menambah suatu tekstur yang kaya terhadap musik yang dunia tidak pernah mendengarnya sebelumnya. Dunia musik Amerika, menjadi matang dengan transformasi tersebut yang akan menjadi musik jazz. Pada akhirnya, ragtime memasuki pergerakan ini mendekati akhir abad 19, dan sisanya, layaknya mereka katakan, telah menjadi sejarah.
My Opinion :
Sangat menarik mempelajari jenis musik ini. Musik jazz berangkat dari kaum buruh dan kini dianggap sebagai musik kaum elit. Sungguh suatu anggapan keliru. Namun, sampai sekarang definisi akan “jazz” ini masih terus diperdebatkan, termasuk di Indonesia.
-tulisan ini dibuat bukan karena merasa lebih tahu, namun karena tidak tahu apa-apa, dan ingin menjadi lebih tahu-
15
Nov 08
Sejarah Jazz : Mengenal Jazz
Berikut ini adalah artikel yang saya tulis dalam rangka mempelajari musik Jazz dan World Music. Dikutip dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi anda semua.
Jazz bukanlah suatu properti yang hanya dimiliki oleh segelintir orang elit yang memiliki pengetahuan luas akan sejarah musik, artis, nuansa, dan intriknya. Sejak jazz menjadi suatu bentuk seni yang tinggi dan memiliki nilai sejarah yang kaya, adalah sangat penting untuk mengandaskan tradisi ini dengan tujuan untuk mengerti secara penuh dan menghargai apa yang terjadi dalam suatu CD atau pentas jazz tersebut.
Namun ketika kita melewati rintangan pertama dalam ilmu jazz, ganjaran yang bisa diberikan oleh musik ini adalah hampir tak terhingga.
Seratus tahun terakhir ini telah dilabel sebagai “Jazz Century”, dan selama jangka waktu tersebut, periode-periode musikal yang nyata bermunculan. Dengan pengenalan dasar jazz, diharapkan kita dapat mengerti dimana dan bagaimana bentuk orisinil dari setiap pergerakan tertentu, bagaimana suara musik yang dihasilkan (ex : apa beda Fusion dan Bebop), dan musisi kunici yang terlibat dalam setiap pergerakan musik jazz tersebut.
Satu hal lagi yang perlu diingat, pengenalan dalam Jazz adalah suatu progres. Setiap generasi baru datang, datang pula feel dan musik yang baru dalam musik ini. Dan seiiring kita melanjutkan progres dari tradisi ini, dasar dari jazz tersebut akan terus berkembang.
Once you get bitten by the jazz bug, there’s no turning back. Enjoy your explorations!
http://harrywardana.net/jazz/